Assalamu'alaikum warohmatulloh,
Selamat pagi sahabat, secangkir kopi menemani pekatnya kehidupan pagi ini, bersama gula menambah manis suasana dan embun di dedaunan...
Guys bicara soal tahlilan pasti suxah tidak asing di telinga orang indonesia, apalagi jama'an NU,, yaaap betul sekali tahlilan identik dengan amaliyah NU.
Jika kita mau jujur dalam melihat sejarah guys, tahlilah adalah amaliyah islam sejak zaman dahulu, bukan warisan Hindu-Budha, sebab sudah pasti Hindu-Budha tak akan membaca "La ilaha illa Allah".
a. Imam al-Qorafi, Mesir (684 H)
Ar-Rahuli berkata: "Tahlil yang dikatakan al-Qorafi yang dianjurkan untuk di baca (diamalkan) adalah do'a fidyah La ilaha illa Allah sebanyak 70.000 kali, sesuai yang disebutkan oleh as-Sanusi dan lainya. Inilah yang dipaham dan mejadi pedoman para imam."
b. Ibn Taimiyah, Damaskus Syiria (726 H) Beliau ditanya tentang membaca tahlil, beliau menjawab "Jika seorang membaca tahlil sebanyak 70.000, atau kurang, atau lebih banyak, lalu si hadiahkan kepada mayit (hadrah), Allah akan menyampailannya.
c. Dan beberapa Ulama' lain yang menyebutkan dan menjelaskan tentang tahlil dan anjuran mengirim tahlil ke mayit.
A.) apakah sampai pahala bacaan yang di kirimkan ke mayit.
Hal ini dijawab oleh Ibn al-Qoyyim
" Jika ada yang bertanya: "Rasululloh SAW hanya memberi petunjuk pada puasa, sedekah, dan haji, tidak ada petunjuk membaca al-qur'an. Jawabannya adalah apakah Rasululloh SAW yang mendahului mereka dengan ucapannya? Bahkan hal ini keluar darinya sebagai jawaban. Maka beliau ditanya tentang haji dari keluarganya yang meninggal, beliau memberi izin kepadanya. Beliau ditanya tentang puasa dari keluarganya yang meninggal, beliau memberi izin. Beliau ditanya tentang sedekah dari keluarganya yang meninggal, beliau memberi izin kepadanya. Beliau tidak mecegah hal-hal lainnya.
0 Komentar