Tips balancing akademis dan organisasi


Usia pelajar merupakan usia pencarian jati diri. Di usia ini, mereka memiliki ketertarikan tinggi terhadap hal-hal baru. Keinginan mengetahui dan menjadi bagian dari hal baru ini menjadi salah satu faktor pentinnya membangun pemahaman sosial diusia pelajar.

Tidak dapat dipungkiri, tujuan utama hidup seseorang adalah bermasyarakat dan mengabdikan diri di masyarakat. Di usia pelajar, peran dalam bermasyarakat belum bisa terlihat jelas. Untuk itu, mereka perlu dilatih untuk peka terhadap situasi dan kondisi masyarakat.

Salah satu wahana untuk melatihnya adalah aktif berorganisasi. Banyak sekali organisasi pelajar yang berkembang di masyarakat. Mulai dari komunitas, organisasi sosial, pendidikan dan keagamaan. IPNU IPPNU sebagai bagian dari organisasi keagamaan terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama, memiliki lingkungan yang memadai untuk melatih kepekaan sosial para pelajar.

Akan tetapi, tak jarang penulis melihat ada beberapa kesenjangan dalam diri para anggota, yakni kurang seimbangnya antara belajar dan berorganisasi. Sebenarnya, hal ini lumrah terjadi. Sayangnya, jika tidak diatasi, ketidakseimbangan ini akan berdampak pada sisi lain kehidupan anggotanya. Berikut tips menyeimbangkan belajar dan berorganisasi.

1. Perkuat komunikasi
Komunikasi merupakan gerbang utama pencapaian prestasi. Kualitas komunikasi menentukan tercapainya tujuan hidup. Dalam belajar, komunikasi dengan teman dan guru perlu dibangun.

Tidak dapat dipunkiri, sebagaian pelaku pendidik masih menitikberatkan pada pencapaian nilai dengan tolak ukur angka. Dekati guru dan teman yang dirasa lebih pintar dari kita. Semakin kita mendekat, semakin kita akrab dan makin akan dikenal. Jika sudah saling mengenal, semakin mudah untuk mendapatkan ilmu karena sudah ada keakraban antara pencari dan pemberi ilmu.

Dalam berorganisasi, komunikasi merupakan fondasi utama. Majunya organisasi karena baiknya komunikasi. Sebaliknya, runtuhnya organisasi karena buruknya komunikasi. Dengan komunikasi, relasi akan tumbuh dan tujuan organisasi akan tercapai dengan mudah.

2. Buat skala prioritas
Memilih sebagai aktivis pelajar tentunya membawa konsekuensi akademis. Pastinya, sebelum berorganisasi, para aktivis pelajar telah memikirkan konsekuensinya. Tapi, ketika terjun berorganisasi, tak jarang akademisnya malah ditinggal.

Untuk itu, skala prioritas penting dibuat. Dahulukan kewajiban akademis karena sejatinya organisasi adalah sarana pengisi waktu luang. Akan tetapi, jangan hanya terpaku pada akademis semata. Bercengkrama dengan teman organisasi merupakan salah satu cara melepas kepenatan dari kepenatan tugas akademis.

Jika seseorang berada diposisi puncak organisasi, membuat skala prioritas mungkin terasa lebih susah. Peranya sebagai lokomotor organisasi terkadang mengikis kesempatan belajar akademik. Yang penting, jangan sampai tinggalkan kewajiban akademis yang akan menjadi senjata meraih masa depan.

3. Jangan suka menunda-nunda
Ada pepatah mengatakan, satu tertunda 10 hal musnah. Menunda-nunda merupakan isyarat pemalas. Akibatnya, segalanya akan berakhir pada keyakinan the power of kepepet.

Sebagai aktivis pelajar, cobalah untuk segera menyelesaikan tugas akademis maupun berorganisasi. Menyelesaikan sesuatu tepat waktu akan menstimulus pikiran sehingga ide-ide kreatif mudah ditemukan.

Jika menunda-nunda pekerjaan, ia akan terpaku pada titik awal pekerjaanya. Padahal, kawan kawannya sudah sukses meraih tujuan, sedangkan ia baru merangkai langkah.

4. Sadar posisi
Posisi berorganisasi sangat menentukan skala prioritas. Seperti yang telah penulis urai pada poin 2, skala prioritas pimpinan organisasi berbeda dengan lainya.
Dalam beberapa kasus, ada beberapa pimpinan organisasi yang sampai lupa kewajiban akademisnya. Apakah artinya itu salah? Tentu tidak, karena ia sadar posisi.

Kader yang menempati posisi penentu organisasi memikul beban lebih berat. Semakin berat beban, semakin banyak manfaat yang didapatnya.

Tidak sedikit aktivis pelajar yang menjadi dewasa dan sukses berkat kegigihan berorganisasi. Bahkan, kesuksesannya lebih dari para akademisi yang hanya fokus pada sisi akademis saja. Berorganisasi melatih sosial, sedangkan proses akademik melatih intelektual. Tidak salah, jika aktivis pelajar memiliki kepekaan intelektual dan sosial tinggi.

 

5. Buat target
Melengkapi poin 1-4 diatas, aktivis organisasi harus memiliki target. Misalkan: semester depan harus mendapat nilai A. Target itu akan menjadi alasan dan penyemangat dalam akademis. Dalam organisasi, buatlah target juga. Misal: Sebagai kader bidang kaderisasi, tahun ini harus membentuk 8 PAC.

Jika sudah Ada target, maka fikiran akan merespon langkah dalam pencapaian tersebut. Ketika ke duanya bersinggungan, maka berfikirlah apa yang bisa diambil dari berorganisasi untuk meningkatkan akademis,  begitu pula sebaliknya. Dengan begitu, karir akademik dan organisasi akan selaras. (Lek Mur)

Posting Komentar

0 Komentar